Mengintip Model Bisnis LinkedIn
Jakarta - Hampir seluruh fitur dalam dalam LinkedIn bisa dimanfaatkan oleh para penggunanya. Lantas jika begitu, dari mana jejaring sosial asal Negeri Paman Sam itu mendapat rupiah?
Dengan jumlah pengguna yang mencapai 135 juta bukanlah hal mudah untuk merawat LinkedIn. Apalagi pengguna jejaring sosial ini diklaim bertambah 2 orang tiap detiknya, angka yang lumayan bagi situs yang hanya ditujukan bagi para profesional.
Nah, meski bisa digunakan secara gratis, ternyata ada beberapa fitur LinkedIn yang berbayar. Seperti yang diutarakan Clifford Rosenberg, Managing Director LinkedIn Asia & Australia di JW Marriot Hotel.
"Pertama, kami bisa menawarkan ke sejumlah perusahaan agar dapat dengan mudah mencari tenaga profesional. Dalam hal ini perusahaan tersebut harus membayar, sedangkan para pengguna tetap tidak dikenakan biaya," kata Rosenberg.
Kemudian pendapatan LinkedIn lainnya ada pada iklan. Di sini situs tersebut mampu menawarkan data penggunanya kepada calon pengiklan, sehingga diharapkan iklan yang ditawarkan tepat sasaran dan efektif.
Sedangkan pemasukan lainnya ada pada keanggotaan premium. "Anda yang mendaftar dan ingin mendapatkan fitur lebih bisa membayar kepada kami," tandas Rosenberg.
LinkedIn sendiri baru saja mengukuhkan ekspansinya di pasar Indonesia. Hal itu ditegaskan dengan hadirnya layanan LinkedIn berbahasa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar