Di balik kekhusuan ibadah, ternyata banyak hal unik dan lucu dialami jamaah haji Indonesia. Berikut sejumlah cerita mati ketawa ala jamaah haji.
Seorang jamaah haji asal Purwokerto, sebut saja namanya Fulan, sedang menunggu angkutan di sebuah halte dekat maktabnya untuk ke Masjidil Haram. Setiap kali bus datang, dia mengurungkan niatnya untuk naik. Bus datang lagi, urung lagi. Datang lagi, urung lagi. Begitu seterusnya dari pagi sampai menjelang waktu zhuhur tiba.
Usut punya usut ternyata si Fulan tidak berani naik ke bus karena setiap berhenti di halte, kernetnya teriak: "Haram! Haram!".
"Si Fulan mengira kalau dia tak boleh naik ke bus karena kernetnya bilang `Haram.Haram!` seperti kondektur Metromini Jakarta yang bilang `Grogol.Grogol!," kata mantan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi sambil terkekeh-kekeh.
Saat dikasih tahu bahwa Fulan bukan tidak boleh naik bus melainkan bus itu memang jurusan Masjidil Haram, dia punya ide besar. Kelak jika kembali ke Tanah Air, dia akan bangun sebuah mesjid yang akan dia beri nama "Masjidil Halal".
"Supaya jangan ada orang terkecoh seperti saya. Dikira Haram, ternyata Halal," kata si Fulan seperti diceritakan KH. Hasyim Muzadi.
Wakil Amirul Haj itu punya banyak cerita lucu lain seputar jemaah haji karena dulu ia sering membawa rombongan jemaah dari Jawa Timur.
Mereka kebanyakan berasal dari kampung-kampung, lugu-lugu, dan baru keluar negeri untuk pertama kalinya. Ibaratnya, mereka tembak langsung ke Mekkah dari desanya di Jawa sana.
Persoalannya adalah sejak di pesawat jemaah asal ndeso itu tidak faham bagaimana menggunakan toilet. Toilet di pesawat menjadi bau karena jemaah ada yang pipis di lantai kamar mandi. Ada juga yang buang air besar tidak disiram karena tidak tahu cara menekan tombol "Flush"-nya.
Begitu juga yang terjadi di pemondokan. KH. Hasyim menemukan ada jemaah yang kencing di westafel, sehingga tempat cuci tangan dan cuci muka itu bau pesing. Jemaah yang ditanya tidak ada yang mau ngaku. Lalu ia mengumpulkan jemaahnya untuk mencari tahu siapa yang kencing tidak pada tempatnya itu.
Kyai Hasyim melakukan semacam "brainstorming" untuk meminta pendapat jemaah bagaimana kamar mandi yang bersih, khususnya urinoir yang diidamkan oleh jemaah.
"Apakah tempat kencing di pemondokan ini sudah baik?" tanya Kyai Hasyim memancing.
Seorang kakek menjawab dengan lugunya: "Sebenarnya yang sekarang sudah baik pak Kyai, cuma terlalu tinggi. Tadi pagi saya kencing susah, karena ketinggian saya bawa kursi ke kamar mandi".
Maka tahulah Kyai Hasyim siapa oknum jemaah yang kencing di westafel.
Tetap haji Saleh
Masih cerita lucu tentang jemaahnya Kyai Hasyim. Suatu ketika kyai yang pernah menjadi calon Wakil Presiden itu obrol-obrol dengan jemaah bernama Saleh yang akan berangkat haji untuk ketiga kalinya.
"Apakah sekarang ini pak Saleh hajinya Haji Ifrad atau Haji Tamattu?" tanya Kyai Hasyim.
"Bukan dua-duanya kyai. Saya tetap Haji Saleh. Nggak pernah ganti nama," jawab Saleh yang tidak mengerti apa itu Haji Ifrad atau Haji Tamattu.
Menurut Buku Pintar Calon Haji karya Fahmi Anwar, Haji Ifrad adalah mereka yang langsung mengambil haji termasuk wukuf dan melempar jumrah tanpa umroh terlebih dahulu. Sebaliknya, Haji Tamattu adalah mereka yang melakukan umroh baru kemudian mengambil hajinya.
Soal Haji Tamattu ada cerita lain yang membuat saya ketawa ngakak.
Beberapa hari lalu saya bersama Kepala Informasi dan Humas Kemenag Zubaidi meninjau kelompok jemaah haji asal Grobogan yang terkena musibah akibat bus yang ditumpangi menabrak pembatas jalan. Salah satu korban yang menderita luka parah adalah Sukirno, umur 84 tahun. Kaki kanannya patah sehingga harus dioperasi dan dipasang alat penyambung tulang.
Ketika kami menengok di kamarnya, Sukirno tergolek di tempat tidur meski kondisinya sudah jauh lebih baik. Oleh karena tidak bisa jalan, Sukirno tidak bisa banyak beribadah seperti shalat di Masjidil Haram seperti teman-temannya. Ia hanya bisa beraktifitas di seputar kamar saja.
"Pak Kirno itu Haji Tamattu: tangi, mangan, turu! Kerjaannya cuma bangun, makan dan tidur saja," kata teman sekamar Sukirno.
Seperti masa kampanye
Kebiasan buruk jemaah di Indonesia juga terbawa sampai ke Tanah Suci. Jarak antara Masjidil Haram dan pemondokan jemaah haji umumnya sekitar satu atau dua kilometer jauhnya.
Sebetulnya disediakan angkutan "shuttle bus" yang bisa antar pulang gratis. Tapi karena jemaah haji Indonesia kurang faham dan tak bisa membaca rute bus yang pakai bahasa Arab, mereka ambil jalan pintas. Mereka sewa berombongan mobil pick up yang baknya terbuka.
"Mereka rame-rame berdiri di bak terbuka seperti saat Pemilu atau kampanye presiden. Saya lihat ada yang teriak Hidup PPP segala," kata Wakil Amirul Haj KH Abdul Mu`ti saat rapat evaluasi bersama Menteri Agama Suryadharma Ali yang juga Ketua Umum PPP. Mungkin Kyai Mu'ti sekedar bercanda saja.
"Pasti yang teriak itu orang Muhammadiyah simpatisan PPP," komentar Suryadharma kepada Kyai Mu?ti yang adalah Sekjen PP Muhammadiyah. Peserta rapat yang mendengar candaan itu tertawa terbahak-bahak.
Kebiasan buruk lain yang dibawa dari Indonesia ke Tanah Suci adalah kebiasan corat coret dan vandalisme. Mereka mencorat-coret Tugu Kasih Sayang tempat pertemuan Adam dan Hawa di Jabal Rahmah dengan tulisan "X Loves Y" dengan harapan enteng jodoh atau cinta dengan pasangannya bisa kekal abadi. Mereka juga menulis macam-macam di batu-batu sekitar Gua Hira.
Bahkan yang lebih parah, kata Kyai Mu`ti, jemaah haji Indonesia juga mencorat-coret pembatas Raudah di Mesjid Nabawi dan bahkan tenda-tenda tahan api di Mina dan Arafah. Apa sih yang ditulis oleh mereka?
Salah satunya adalah tulisan berikut ini:
"Alhamdulillah ya...sudah sampai Raudah. Sesuatu banget deh!". Corat coret gaya Syahrini banget.
Ada juga yang menulis ucapan syukur bisa ke Tanah Suci. Menurut Agus Subeno, pejabat dari Badan Pusat Statistik yang juga rombongan Amirul haj, dia pernah melihat ada tulisan seperti itu di Raudah.
"Pokoknya dia tulis syukur bisa memenuhi panggilan Nabi Ibrahim. Lalu dia minta supaya sanak keluarganya bisa naik haji juga. Ditulislah nama semua anak, isteri, keponakan, dan cucu cicitnya. Panjang bener. Habis itu dikasih tanda tangan," kata ahli survei itu.
"Dikentutin" orang Afrika
Pengalaman unik dan lucu tidak hanya dialami jemaah, tapi juga oleh petugas haji termasuk wartawan. Seorang wartawan yang bertugas di Media Center Haji (MCH), sebut saja namanya Haji Warta, percaya betul akan hukum karma dan keajaiban-keajaiban yang bisa dialami oleh jemaah saat menjalankan ibadah haji.
Misalnya saja, kalau di Indonesia dia seorang yang murah hati suka bagi-bagi rejeki, maka di Tanah Suci tiba-tiba banyak orang tak dikenal kasih-kasih dia apa saja, dari mulai sekedar makanan, cenderamata sampai uang riyal. Ada juga wartawan yang sombong karena sudah sering ke luar negeri lalu menganggap enteng bisa pulang sendiri dari Masjidil Haram ke pemondokannya.
"Eh, dia ternyata tersesat. Biasanya wartawan memberitakan jemaah yang tersesat, ternyata wartawannya sendiri tersesat," kata Haji Warta.
Khusus hukum karma yang dia alami sendiri, Haji Warta menceritakan pengalamannya. Ia mengaku doyan kentut. Kalau sudah mau buang gas, dia tidak bisa menahan diri. Haji Warta bisa kentut dimana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja seperti iklan minuman kaleng. Di ruang kerja kentut, saat rapat kentut, bahkan di lift dia mengaku sering kentutin orang.
"Tahu nggak pak? Di Tanah Suci saya dibalas dikentutin orang melulu," cerita Haji Warta kepada saya.
Ia mengatakan baru saja dikentutin jemaah haji berkulit hitam berbadan tinggi dan besar. Saat habis tawaf dan sedang berjalan meninggalkan Masjidil Haram, tiba-tiba seorang jemaah haji asal Afrika bergegas melewatinya. Begitu terlewati dan berada persis di depan Haji Warta, si Afika berhenti sebentar dan "brutttt...." buang gas persis ke muka Haji Warta.
"Celakanya, habis kentut begitu, dia menengok ke saya dan tersenyum-senyum. Habis itu, dia jalan begitu saja. Dargombes!," kata Haji Warta memelas.
Dargombes adalah umpatan khas Jawa Timuran untuk mengganti kata "Diancuk" yang sangat vulgar. (Abd/An/Fth)
0 komentar:
Posting Komentar